Pada era saat ini, teknologi berkembang pesat dan cepat ke semua negara tanpa terkecuali Indonesia, perkembangan teknologi memicu pergeseran kebiasaan hidup yang dilakukan oleh umat manusia. Salah satu pergeseran yang sangat bisa dirasakan yaitu penggunaan telepon genggam (gawai) yang kian masif. Hampir semua kalangan menggunakan gawai, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lanjut usia pun menggunakannya.
Era digital yang sangat modern menjadikan teknologi komunikasi memberikan keuntungan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sampai hari ini gawai telah digunakan oleh segala lapisan masyarakat secara masif. Dengan adanya gawai akan mempermudah manusia di berbagai aspek kehidupan. Fungsi gawai yang paling bermanfaat bagi manusia adalah sebagai media komunikasi, akses informasi, media hiburan, dan juga gaya hidup. Yang apabila digunakan secara bijak akan membuka wawasan kita selias luasnya.
Disamping memberikan banyak dampak positif, ternyata masih ada dampak negatif yang bisa terjadi dalam perkembangan teknologi komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi yang ada sekarang justru menurunkan semangat juang bagi sebagian orang. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang ada sekarang juga menyerang kehidupan sosial masyarakat. Tindakan cyberbullying, penyebaran berita hoax, ujaran kebencian dan konten pornografi dinilai cukup meresahkan. Efek yang ditimbulkan pun bukan perkara sepele karena akan merusak generasi bangsa dan memecah belah persatuan. Salah satu dampak negatif pada anak adalah anak-anak menjadi kurang disiplin, merasa malas, membuat karya yang plagiat, berpakaian tidak selayaknya, berkata kasar, kekerasan, dan lain-lain . Hal ini tentu saja sampai negatif yang seharusnya tidak boleh terjadi. Apalagi jika merujuk karakteristik anak-anak.
Menurut Burhan Nurgiyanto [2005], tahap sensori-motor adalah tahap pertama yang terjadi dalam perkembangan kognitif anak. Tahap ini sang anak belajar untuk bisa melakukan koordinasi persepsi yang dia dapatkan dengan sensor motorik untuk bisa mengembangkan pehamannya. Tahapan yang kedua yaitu tahap praoperasional (2-7 tahun). Pada tahap ini, sang anak mulai bisa mengoperasikan sesuatu dan belajar mengaktualisasikan diri sendiri melalui aktivitas bermain, menggambar, dan berbahasa. Dapat disimpulkan bahwasannya anak mempunyai karakteristik untuk bisa mengembangkan kemampuan pemahamannya melalui aktivitas bermain.
Berdasarkan keresahan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang yang terdiri dari : Videlis Prabinuel Abi, Farrel Al Hafiz, Gimas Ryan Aththariq, Giorgio Sudirman, Franky Alex Shandy, Hanumilda Handria, Sonia Lavenda, Wagindra Weka, Inzhagi Harnadi Y.P. dan di bimbing oleh dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Dr. Sri Untari, M.Si., dalam rangka memenuhi tugas projek kewarganegaraan berinisiatif untuk membuat adanya pembuatan mainan dari clay. Hal ini dilakukan karena dengan kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih tumbuh kembang anak.
Menurut Sri untari pada tulisannya di Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar Vol. 12, No 1, April 2024, Pembelajaran yang dilakukan harus memberikan pengalaman belajar yang menantang, menyenangkan, mengaktifkan dapat dilakukan melalui berbagai macam model pembelajaran, seperti halnya menggunakan model pembelajaran project citizen.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat diperlukan untuk agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sekaligus memberikan pengalaman belajar terutama pada sisi kreativitas yang dipunyai oleh setiap anak. Peserta yang ikut serta dalam kegiatan projek kewarganegaraan kelompok ini yaitu anak-anak yang masih berusia 4 sampai 12 tahun. Adapun lokasi kegiatan penelitian dipilih Kampung Jalan Pekalongan Dalam. Sebuah pemukiman kecil padat penduduk terletak dilingkar kampus Universitas Negeri Malang.
Clay itu sendiri merupakan tanah lihat atau adonan yang menyerupai tanah liat. Clay dipilih karena dalam penggunaan clay untuk dibuat menjadi sebuah mainan, harus melalui proses kreativitas, pengembangan kemampuan motorik dari sang anak secara halus diperlukan untuk menjadikan sebuah karya. Ini terjadi karena sang anak melihat konsep warna yang digunakan, menggunakan imajinasi dari pikirannya untuk bisa dikreasikan ke media clay yang akan mereka bentuk tersebut, dan meningkatkan rasa percaya diri atas mainan yang telah dibuatnya.
Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah mengarahkan 12 anak (peserta) di bagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok dibimbing oleh dua orang mahasiswa pendamping. Peserta membuat karya model clay sesuai dengan kreativitas mereka (membentuk bunga,hewan, karakter animasi dll) dengan didampingi dan dipandu oleh mahasiswa pendamping. Setelah proses pembuatan karya clay, selanjutnya peserta di arahkan untuk mengumpulkan hasil karya mereka untuk dikeringkan terlebih dahulu. Sambil menunggu, mahasiswa pendamping mengajak peserta untuk bermain bersama (story teller). Setelah karya clay telah mengering, peserta dipandu untuk pewarnaan hasil karya claynya sesuai dengan keinginannya. Selanjutnya karya clay yang selesai di cat, dikeringkan kembali. Sembari menunggu clay dikeringkan peserta diajak untuk salat ashar berjamaah. Setelah karya clay kering, dibagikan kembali kepada peserta, beserta memberikan hampers, clay dan stiker sebagai bentuk apresiasi atas antusiasme mereka mengikuti kegiatan.
Acara ditutup dengan penyampaian pesan, kesan dan harapan dari ketua RT.04 RW.02 Jalan Pekalongan Dalam. Dari kegiatan yang dilakukan setidaknya ada tiga hal positif yang dihasilkan, yaitu :
Kegiatan tersebut mampu mendorong perkembangan motorik anak melalui tahapan-tahapan yang dilalui selama kegiatan.
Anak menjadi lebih kenal dengan teman sebayanya karena pada saat pembuatan clay tersebut anak bekerja sama dengan anak lainnya, terlebih lagi pada kegiatan seperti bermain dan bercerita bersama (story teller) yang membangkitkan rasa percayadiri peserta.
Anak merasakan apresiasi atau penghargaan atas usaha yang telah dilakukannya dan ini bisa menumbuhkan motivasi untuk berkarya lebih baik lagi.
Pada penutupan acara disampaikan ucapan terima kasih oleh ketua RT.04, atas bimbingan yang telah diberikan dan berharap dikemudian hari kegiatan kegiatan serupa dapat dilaksanakan lagi dilingkungan Jalan Pekalongan Dalam, khususnya transfer ilmu pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat khususnya pada Perempuan dan Anak, Citizenship yang telah diadakan oleh adik adik mahasiswa UM jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dirasa sejalan dengan Misinya, untuk menjadikan Kampung Jalan Pekalongan Dalam menjadi Kampung Ramah Anak.
Kontributor Artikel : videlis.prabinuel.2107116@students.um.ac.id
https://arekpedal.blogspot.com/2024/05/kreasi-clay-kreatif-proyek-citizenship.html